Senin, 24 November 2014

Memoir buat “Mbak Ratna Indraswari Ibrahim”

Lama aku kembali terlelap sehingga segala fisik terasa begitu lelah dan hampir saja merasa ‘kalah’. Namun entah malam ini, serasa begitu syahdu…. Aku mengingatimu mbak! Alfatihah…. Mengenalmu ketika SMA dimana aku belum ‘mengenal diriku’, bukanlah suatu kesia-siaan. Hadiah yang kau berikan terus melekat dihatiku, meskipun entah dimana obyeknya sekarang. Bukan, iya bukan benda mbak, namun ketulusanmu yang benderang malam ini, semoga Alloh menempatkanmu dalam surga terbaiknya, amiiin…. Aku suka menulis, sejak kecil! Ada banyak catatan kecil sesobek dua sobek yang kutemukan kala bebersih rumah. Harta benda berupa ‘tulisan’ itu adalah teman yang selalu mampu menyalurkan ‘kemarahan terpendam’ masa kecilku. Ya, sejak kecil aku memendam sejuta kemarahan yang tak tahu harus dibuang kemana. Aku menulis bersayap karena aku tak ingin ada yang tahu kepada siapa sebenarnya kutunjukkan perasaanku. Aku marah, aku benci, aku iri, aku cemburu, aku malu, aku merasa tak mampu dengan segala hal yang kusandang. Dunia seakan selalu memojokkanku. Dengan mengenalkanmu, mungkin ayah berharap aku bisa besar sepertimu, aku menjadi bermanfaat sepertimu, dan mungkin (kala itu) ayah berharap aku mampu menuang kemarahanku dengan cantik dalam lembar-lembar tulisanku. Mbak, aku belum bisa sepertimu, tapi ‘nyala’ itu memantik kembali dihatiku. “Dek, menulislah dari yang paling dekat, ubahlah dengan sedikit imajinasimu….” Maka akupun mulai menulis. Segala kemarahan meruap, merayap keluar mengisi begitu banyak tempat. Lahirlah cerpen “PULANG”, aku sangat ingin pulang saat itu. Aku ingin menjadi manusia yang ‘utuh’, apa adanya tanpa kepura-puraan, aku ingin menjadi ‘aku’ yang bisa dengan bebas melanggar norma-norma social. “Bagus, Dek! Terus menulis ya….” Itu kalimat pertama darimu yang sudah melanglang buana ke penjuru dunia. Aku ingin sepertimu Mbak. Keliling dunia dengan tebaran manfaat. Namun, rasa malu dan ketidakmampuan ‘mengenal diri sendiri’ itu kembali meninabobokkanku. Aku pun lelap…. Kembali menulis adalah panggilan jiwa, terapi yang bisa membuat kita kembali bertenaga. Maka lahirlah satu persatu tulisanku, meski belum semua mampu menembus media, namun itu telah memenangkanku ‘mengenali diri’, menenangkan kemarahanku agar aku menjadi manusia yang lebih baik lagi. Saat ini aku tengah berjalan menuju "rumah"-ku semoga rumah itu berdekatan denganmu. Semoga kelak akupun bisa sepertimu meski di jalur yang berbeda. BE YOURSELF Maturnuwun Mbak Ratna, semoga kau bahagia disana…. Alfatihah….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya